Si Sipir Cantik Bertekad Baja

*Di Balik tembok Rutan Baturaja
Foto: Septiana Ferianti

BATURAJA, Liputan Sumsel,-Si Cantik bernama Septiana Ferianti yang biasa di panggil Cece ini  tak menyangka kalau jalan hidupnya setelah menamatkan kuliah sebagai mahasiswa Farmasi Depkes Palembang malahan menjadi seorang sipir di Kementerian Hukum dan HAM RI  Sumatera Selatan divisi Pemasyaratakan Rumah Tahanan Negara Klas IIB Baturaja.
          Si cantik yang super gaul dan ramah ini ketika di kencani Liputan Sumsel.com di sela menjalankan tugasnya yang dibilang sangat berisiko karena harus bertugas turut menjaga orang-orang yang terhukum karena sebagian besar kasus kriminal ini dengan ramah menuturkan jalan hidupnya, yang tak menyangka dapat mengabdi di pemerintah sebagai seorang sipir.
         "Menjadi petugas pemasyarakatan atau masayarakat biasa memanggil kami dengan sebutan SIPIR, sangat menarik apalagi kami bekerja di penjara dimana tempat orang-orang yang bermasalah dengan hukum dari berbagai kasus tindak pidana", jelas Cece dengan senyum manisnya.
        Baginya, menjadi seorang sipir akan  menjadi pengalaman hidup yang tidak pernah dibayangkan. "Saya tidak menyangka pada saat saya mendaftar sebagai pns di kementerian hukum dan ham setelah di nyatakan lulus tempat kerja nya di penjara," ucapnya mengisahkan.
         Cece menjelaskan pada awalnya ia masuk seleksi cpns Kemenkumham kementerian  diakhir tahun 2012 lalu, dan berhasil lulus dari sekitar sepuluh ribu peserta, dan ia berhasil lulus bersama tujuh puluh yang diterima. "Ini merupakan anugerah dan rezeki dari Allah  yang sangat saya syukuri," cetusnya bangga.
Foto: Septiana di sela tugas

         Joni Mualaf meninggalkan dirinya dan keluarganya untuk selama-lamanya. "Saya pikir ini rahasia Tuhan sehingga lulus menjadi seorang sipir dan saya menjadi tulang punggung keluarga," ucap Cece dengan mata yang berkaca-kaca.         Meskipun awalnya bercita-cita sebagai apoteker, putri kedua dari empat bersaudara ini ternyata lulus di test Kemenkumham merupakan tantangan tersendiri karena dirinya menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya,
        Awalnya menurut Cece memang dirinya tak menduga menjadi seorang sipir, alih-alih memakai seragamnya. Terbayangpun tidak hingga harus bertugas  menjaga para narapidana. "Alih-alih dapat  menebak akan bekerja di kantoran, eh ternyata di penjara menjaga para natapidana," paparnya.
        Semula terpatri di hatinya rasa takut yang menghiasi hatinya katena harus menjaga para narapidana. Seiring berjalannya waktu hingga lebih dari lima tahun menjadi sipir, rasa takut itu hilang karena tekad yang kuat  untuk mengabdi pada negara. "Alhamdulillah setelah lima tahun mengabdi sebagai sipir, rasa takut itu hilang dan menjadi rasa bangga menjadi seorang sipir," cetusnya seraya sudah tidak tahu lagi berapa ribu warga binaan yang telah dijaganya  dan harus siap sedia apabila dan tidak mengenal waktu bila dipanggil pimpinan saat waktu darurat. (editor: muslimin baijuri)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.